Jum'at, 13 Juni 2025
Tanggal Hijriah Hari Ini Tasyrik Kedua Minggu 8 Juni 2025
Tanggal Hijriah Hari Ini Tasyrik Kedua Minggu 8 Juni 2025

Tanggal Hijriah Hari Ini Tasyrik Kedua Minggu 8 Juni 2025

Tanggal Hijriah Hari Ini Tasyrik Kedua Minggu 8 Juni 2025

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Tanggal Hijriah Hari Ini Tasyrik Kedua Minggu 8 Juni 2025
Tanggal Hijriah Hari Ini Tasyrik Kedua Minggu 8 Juni 2025

Tanggal Hijriah Hari Ini, Minggu 8 Juni 2025, dalam kalender Hijriah bertepatan dengan tanggal 12 Dzulhijjah 1446 Hijriah. Tanggal ini menandai hari Tasyrik Kedua, yakni bagian dari tiga hari Tasyrik yang jatuh setelah Hari Raya Idul Adha. Hari Tasyrik sendiri mencakup tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah yang dalam tahun ini bertepatan dengan tanggal 7, 8, dan 9 Juni 2025.

Secara tradisi, hari-hari Tasyrik merupakan momen pelengkap dari perayaan Idul Adha. Setelah umat Islam melaksanakan shalat Id dan penyembelihan hewan kurban pada 10 Dzulhijjah, hari-hari selanjutnya di gunakan untuk menyempurnakan ibadah, memperbanyak dzikir, serta menyebarkan semangat berbagi. Tanggal 12 Dzulhijjah menjadi hari di mana aktivitas sosial dan spiritual kembali di kuatkan, sembari tetap berada dalam nuansa syukur yang dalam.

Penanggalan Hijriah sendiri adalah sistem kalender lunar yang di gunakan umat Islam di seluruh dunia untuk menentukan waktu ibadah dan perayaan. Oleh karena itu, mengetahui posisi tanggal Hijriah di kalender Masehi menjadi penting agar umat dapat menjalani ibadah dengan waktu yang tepat. Pada Tasyrik Kedua ini, umat Islam masih di berikan kesempatan untuk melanjutkan penyembelihan kurban, jika belum di lakukan pada hari pertama Idul Adha.

Momen ini pun menjadi penting bagi para jamaah haji yang sedang menyelesaikan rangkaian ibadah di tanah suci. Bagi mereka yang berada di Mina, hari Tasyrik Kedua adalah saat untuk melakukan lontar jumrah untuk hari kedua, yakni melempar tiga jumrah sebagai bagian dari penyempurnaan ibadah haji.

Tanggal Hijriah Hari Ini juga menjadi refleksi spiritual dan sosial. Tak hanya terkait ibadah personal, tetapi juga menyangkut hubungan sosial, karena selama hari Tasyrik, umat dianjurkan untuk memperbanyak makan, minum, berbagi makanan, dan tidak berpuasa. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai aspek sosial umat, menjadikan hari-hari Tasyrik sebagai simbol solidaritas dan kebersamaan.

Tanggal Hijriah Hari Ini Dengan Makna Hari Tasyrik: Momentum Syukur Dan Kebersamaan

Tanggal Hijriah Hari Ini Dengan Makna Hari Tasyrik: Momentum Syukur Dan Kebersamaan, termasuk yang kedua ini, memiliki makna yang sangat dalam dalam tradisi Islam. Secara etimologi, kata “Tasyrik” berasal dari kata Arab yang berarti “menjemur daging di bawah sinar matahari.” Dahulu, masyarakat Arab menjemur daging kurban agar awet di konsumsi dalam beberapa hari. Dari sisi praktik, hari Tasyrik menjadi masa di mana daging kurban masih boleh di bagikan dan di olah untuk di konsumsi bersama-sama.

Namun, makna Tasyrik bukan hanya sebatas tindakan fisik. Di balik itu, hari ini menjadi simbol dari rasa syukur yang mendalam. Setelah umat menunaikan ibadah kurban, bentuk rasa syukur tidak hanya di tunjukkan dengan ibadah lisan, tetapi juga melalui tindakan nyata seperti berbagi makanan, mempererat silaturahmi, dan meningkatkan empati sosial.

Tasyrik juga di kenal sebagai hari di mana umat Islam di larang berpuasa. Ini bukan tanpa alasan. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa hari Tasyrik adalah hari makan dan minum serta berdzikir kepada Allah. Larangan puasa menjadi simbol bahwa kebahagiaan dan rasa syukur harus di rayakan bersama, bukan dalam kesendirian.

Dalam masyarakat modern, semangat Tasyrik juga dapat di wujudkan dalam berbagai bentuk solidaritas sosial. Membagikan makanan kepada tetangga, menyantuni anak yatim, atau bahkan berbagi rezeki lewat program sosial adalah implementasi nilai Tasyrik dalam konteks kekinian. Spirit berbagi dan gotong royong menjadi nilai utama yang bisa di kembangkan dan di wariskan lintas generasi.

Hari Tasyrik Kedua, dengan demikian, bukan hanya jeda ibadah, melainkan sebuah penguatan nilai-nilai kemanusiaan dalam bingkai spiritualitas Islam. Inilah yang membuat hari Tasyrik tetap relevan dalam kehidupan umat, dari zaman Nabi hingga hari ini.

Larangan Dan Anjuran Selama Hari Tasyrik

Larangan Dan Anjuran Selama Hari Tasyrik adalah larangan untuk berpuasa. Ini adalah salah satu larangan syariat yang secara tegas di sebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda bahwa hari-hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan mengingat Allah. Artinya, larangan puasa selama hari ini bukan hanya bentuk pembebasan dari kewajiban, tetapi juga penekanan pada pentingnya kebersamaan dan syukur dalam ibadah.

Selain larangan puasa, umat Islam justru di anjurkan untuk memperbanyak dzikir, takbir, dan doa. Dzikir dan takbir di ucapkan setelah shalat fardhu, dan hal ini menjadi amalan sunnah muakkadah selama hari Tasyrik. Ucapan takbir seperti “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar” menjadi gema yang mendalam di masjid-masjid dan rumah-rumah umat Islam.

Anjuran lain yang tak kalah penting adalah melanjutkan penyembelihan hewan kurban bagi yang belum sempat melakukannya pada hari pertama Idul Adha. Kurban masih di perbolehkan sampai sebelum maghrib pada 13 Dzulhijjah. Ini memberi kelonggaran bagi umat yang terkendala teknis atau logistik untuk tetap bisa berkurban dan mendapatkan pahala yang besar.

Di samping itu, makan bersama menjadi aktivitas utama dalam hari Tasyrik. Makanan dari daging kurban menjadi simbol berkah yang harus di nikmati dan di syukuri bersama keluarga, kerabat, hingga masyarakat sekitar. Hari ini menjadi momen untuk mempererat hubungan sosial dan menghapus sekat-sekat individualisme yang kerap hadir dalam kehidupan modern.

Tak hanya dalam konteks ibadah pribadi, hari Tasyrik juga bisa menjadi pengingat akan pentingnya peran sosial dalam Islam. Memberi makan orang lain, menyantuni fakir miskin, dan menjamu tamu menjadi amal yang tinggi nilainya di mata Allah. Maka, memperbanyak amalan selama hari Tasyrik tidak hanya berarti memperbanyak doa, tetapi juga memperluas manfaat bagi sesama.

Tasyrik Kedua Dalam Rangkaian Ibadah Dzulhijjah

Tasyrik Kedua Dalam Rangkaian Ibadah Dzulhijjah merupakan salah satu bulan paling mulia dalam Islam. Dimulai dengan sepuluh hari pertama yang penuh dengan pahala berlipat ganda. Kemudian disusul oleh Hari Raya Idul Adha, dan diakhiri dengan tiga hari Tasyrik. Dalam rangkaian ini, hari Tasyrik Kedua berada pada posisi. Yang penting—sebagai lanjutan dari ibadah kurban dan refleksi spiritual yang lebih dalam.

Idul Adha sendiri merupakan puncak ibadah haji. Saat jutaan umat Islam berkumpul di tanah suci, umat Muslim di seluruh dunia turut serta dalam semangat kurban dan pengorbanan. Kurban bukan hanya penyembelihan hewan, tetapi simbol kepasrahan, keikhlasan, dan cinta kepada Allah.

Hari Tasyrik kemudian menjadi penyeimbang. Setelah puncak emosi dan ibadah pada Idul Adha, Tasyrik menjadi masa tenang yang penuh makna. Ia memberi waktu kepada umat untuk merenung, menguatkan hubungan sosial. Dan mengokohkan nilai-nilai kebaikan yang telah ditanamkan selama sepuluh hari awal Dzulhijjah.

Di hari Tasyrik Kedua ini, umat Islam di seluruh dunia diajak untuk memperpanjang gema spiritualitas Idul Adha. Dzikir, doa, dan silaturahmi menjadi jembatan antara ibadah ritual dan nilai sosial. Ini adalah masa untuk menegaskan kembali identitas sebagai muslim yang tidak hanya saleh secara individu, tetapi juga peduli secara sosial.

Setelah hari Tasyrik berlalu, umat Islam akan memasuki fase-fase baru, seperti puasa Ayyamul Bidh di pertengahan bulan. Atau persiapan menyambut tahun baru Hijriah yang akan jatuh pada akhir Juni 2025. Maka, Tasyrik Kedua menjadi pengingat bahwa ibadah dalam Islam tidak hanya berhenti pada momen tertentu. Melainkan berlanjut dalam bentuk amal, tindakan, dan kontribusi nyata di kehidupan sehari-hari dari Tanggal Hijriah Hari Ini.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait