Jum'at, 13 Juni 2025
Dari
Dari Kandang Desa ke Istana: Memasok Sapi Kurban Presiden

Dari Kandang Desa ke Istana: Memasok Sapi Kurban Presiden

Dari Kandang Desa ke Istana: Memasok Sapi Kurban Presiden

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Dari
Dari Kandang Desa ke Istana: Memasok Sapi Kurban Presiden

Dari Sebuah Sudut Desa Solokuro Jawa Timur, Kisah Inspiratif Seorang Peternak Kecil Bernama Teguh Mengundang Perhatian. Tahun ini, salah satu sapi miliknya terpilih sebagai hewan kurban Presiden Prabowo Subianto untuk tingkat provinsi Jawa Timur.

Sapi Peranakan Ongole (PO) berbobot 1,02 ton hasil ternak Teguh bukan sekadar hewan unggulan. Di balik tubuh kekarnya tersimpan cerita panjang tentang dedikasi, kerja keras, dan ketekunan seorang peternak desa yang perlahan merintis kepercayaan pasar.

Teguh memulai usaha beternak sapi dari skala kecil. Berbekal pengetahuan turun-temurun dan pelatihan yang di fasilitasi Dinas Peternakan setempat, ia fokus merawat setiap ekor sapi dengan telaten. Pemberian pakan berkualitas, menjaga kebersihan kandang, serta pemeriksaan kesehatan rutin menjadi kunci utama. “Seluruh sapi yang saya siapkan harus memenuhi standar kesehatan agar layak jadi hewan kurban,” ujar Teguh, di kutip dari liputan media.

Perjalanan menuju pengakuan nasional bukan tanpa tantangan. Teguh bersaing dengan peternak berpengalaman lain. Ia harus memastikan sapinya memenuhi kriteria ketat, mulai dari berat badan ideal hingga bebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK). Setelah melalui proses seleksi ketat yang melibatkan Dinas Peternakan Lamongan, satu sapi PO miliknya akhirnya lolos sebagai pilihan Presiden Dari.

Kabar ini segera menjadi buah bibir di desa. Teguh bukan hanya meraih pencapaian pribadi, melainkan juga mengharumkan nama komunitas peternak lokal. “Kami bangga, sapi hasil ternak warga desa bisa sampai ke tangan Presiden,” ungkap seorang warga Solokuro.

Kisah Teguh menjadi inspirasi bagi banyak peternak kecil di tanah air. Di tengah dominasi peternakan besar, kerja keras dan komitmen pada kualitas tetap bisa membuka peluang besar Dari.

Kepercayaan Menjadi Mata Uang Paling Berharga Di Industri Ini

Meraih kepercayaan di dunia peternakan bukan perkara mudah, apalagi bagi peternak kecil seperti Teguh, warga Desa Solokuro, Lamongan. Di tengah dominasi peternak besar dengan modal kuat dan jaringan luas, Teguh membuktikan bahwa konsistensi dan kualitas bisa menjadi kunci untuk menembus pasar, bahkan hingga ke tingkat nasional.

Sejak memulai usahanya beberapa tahun silam, Teguh memahami satu hal: untuk bisa menjual sapi kurban, terlebih ke pembeli besar seperti pejabat negara, di butuhkan lebih dari sekadar memiliki hewan berukuran besar. Kepercayaan Menjadi Mata Uang Paling Berharga Di Industri Ini.

Langkah pertama yang ia tempuh adalah menjaga kualitas ternaknya. Teguh berinvestasi waktu dan tenaga untuk memahami kebutuhan gizi sapi PO (Peranakan Ongole) miliknya. Ia meramu pakan berkualitas, memadukan hijauan segar dengan konsentrat yang tepat. Lebih dari itu, kesehatan hewan menjadi perhatian utama. Teguh rutin bekerja sama dengan Di nas Peternakan Lamongan untuk memastikan sapi-sapinya bebas dari penyakit, terutama penyakit mulut dan kuku (PMK) yang sempat merebak.

Namun, membangun reputasi tak berhenti di kandang. Teguh aktif mengikuti berbagai forum dan kegiatan peternakan di tingkat kabupaten. Di sana, ia belajar dari para senior, sekaligus memperkenalkan diri dan ternaknya. Lambat laun, namanya mulai di kenal sebagai peternak yang teliti dan terpercaya.

Momentum besar datang saat proses seleksi sapi kurban untuk Presiden di mulai. Teguh tak gentar bersaing dengan para peternak lain. Ia mengajukan beberapa sapi terbaiknya, yakin bahwa kerja keras selama ini akan terbayar. Setelah serangkaian pemeriksaan ketat oleh tim dari dinas peternakan dan pihak terkait, salah satu sapinya, berbobot 1,02 ton, di nyatakan lolos sebagai sapi kurban Presiden untuk tingkat Jawa Timur.

Ada Serangkaian Kriteria Ketat Yang Harus Dipenuhi, Mulai Dari Kesehatan, Kelayakan Syariat, Hingga Jejak Perawatan Hewan Tersebut

Pemilihan hewan kurban untuk Presiden bukan sekadar soal ukuran tubuh atau penampilan. Ada Serangkaian Kriteria Ketat Yang Harus Dipenuhi, Mulai Dari Kesehatan, Kelayakan Syariat, Hingga Jejak Perawatan Hewan Tersebut. Dalam konteks inilah, sapi milik Teguh, peternak kecil asal Desa Solokuro, Lamongan, berhasil lolos seleksi dan di pilih sebagai sapi kurban Presiden untuk tingkat provinsi Jawa Timur.

Proses pemilihan sapi kurban Presiden di lakukan dengan cermat oleh Dinas Peternakan dan pihak terkait. Kesehatan hewan menjadi perhatian utama. Hewan kurban harus bebas dari penyakit menular, terutama penyakit mulut dan kuku (PMK) yang pernah menjadi ancaman serius di sektor peternakan Indonesia.

Sapi milik Teguh memenuhi semua kriteria tersebut. Selain telah melalui pemeriksaan kesehatan berkala, sapi PO berbobot 1,02 ton itu di pelihara dengan standar perawatan tinggi. Sejak dini, Teguh memprioritaskan pemberian pakan bergizi seimbang dan menjaga kebersihan kandang. Ia juga rutin berkoordinasi dengan dokter hewan setempat untuk memantau kondisi ternaknya.

Namun, faktor lain yang tak kalah penting adalah jejak kepercayaan dan reputasi peternak. Teguh di kenal sebagai sosok yang konsisten menjaga kualitas sapinya. Ia aktif mengikuti berbagai pelatihan yang diselenggarakan Dinas Peternakan Lamongan dan selalu terbuka terhadap inovasi di bidang peternakan.

Menurut pihak dinas, keberhasilan Teguh bukan semata karena bobot sapinya yang besar, tetapi karena rekam jejak positif dan komitmennya menjaga kesehatan hewan. “Kami menilai sapi milik Pak Teguh sangat memenuhi standar, tidak hanya secara fisik tetapi juga dari proses pemeliharaannya,” ujar seorang pejabat Dinas Peternakan. Selain itu, pemilihan sapi dari peternak kecil seperti Teguh juga mencerminkan semangat keberpihakan Presiden terhadap pelaku usaha rakyat. Dengan memilih sapi dari peternak desa.

Terapkan Protokol Biosekuriti Yang Ketat, Termasuk Kebersihan Kandang, Pengendalian Lalu Lintas Manusia Dan Kendaraan

Di tengah persaingan industri peternakan yang makin ketat, para peternak di Indonesia di tuntut untuk terus beradaptasi. Memiliki peternakan modern berstandar nasional bukan lagi sekadar impian. Dengan strategi yang tepat, bahkan peternak kecil di desa pun bisa mewujudkannya. Berikut sejumlah tips dan trik yang dapat di terapkan:

  1. Prioritaskan Kesehatan Hewan

Faktor kesehatan menjadi syarat utama dalam standar nasional. Pastikan seluruh hewan mendapatkan pemeriksaan rutin oleh dokter hewan. Pencegahan penyakit seperti PMK wajib menjadi perhatian. Terapkan Protokol Biosekuriti Yang Ketat, Termasuk Kebersihan Kandang, Pengendalian Lalu Lintas Manusia Dan Kendaraan, serta pengelolaan limbah yang baik.

  1. Pakan Berkualitas dan Manajemen Nutrisi

Kunci tumbuh kembang hewan ternak ada pada pakan. Gunakan kombinasi pakan hijauan segar, konsentrat, serta suplemen sesuai kebutuhan. Penting juga untuk memahami manajemen nutrisi berbasis fase pertumbuhan hewan, agar efisiensi pakan optimal dan berat badan hewan tercapai sesuai target.

  1. Penerapan Teknologi

Manfaatkan teknologi untuk mendukung manajemen peternakan. Mulai dari aplikasi pencatatan data ternak, penggunaan sensor untuk memantau kesehatan, hingga sistem pemberian pakan otomatis. Teknologi membantu peternak memantau perkembangan ternak secara real-time dan membuat keputusan berbasis data.

  1. Bangun Kemitraan Strategis

Jalin kerja sama dengan instansi pemerintah seperti Dinas Peternakan, perguruan tinggi, serta koperasi. Melalui kemitraan, peternak bisa mengakses pelatihan terbaru, bibit unggul, dan fasilitas pemeriksaan kesehatan. Kemitraan juga membuka peluang pemasaran yang lebih luas Dari.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait