

Perang Membara Pada Malam 13 Juni 2025, Sirene Peringatan Berbunyi Serempak Di Kota-Kota Besar Israel Seperti Tel Aviv, Rehovot, Dan Bat Yam. Iran melancarkan rentetan rudal balistik jarak menengah ke sejumlah sasaran militer dan infrastruktur vital. Salah satu target yang terkena dampak langsung adalah kawasan yang di yakini sebagai markas IDF, menyebabkan kerusakan besar dan menewaskan sedikitnya 10 orang, termasuk warga sipil dan anggota militer. Lebih dari 180 orang dilaporkan mengalami luka-luka, sementara sejumlah fasilitas sipil seperti sekolah dan rumah ibadah juga terdampak.
Meski sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome, berhasil mencegat sebagian besar proyektil, tidak semua dapat di tahan. Beberapa rudal berhasil menembus dan menghantam titik-titik penting yang menjadi simbol kekuatan militer Israel Perang.
Serangan Balasan Israel: Teheran Di hantam dari Udara
Tak butuh waktu lama bagi Israel untuk meluncurkan respons militer. Dalam waktu kurang dari 12 jam, jet-jet tempur Israel menembus ruang udara Iran dan menghantam sejumlah lokasi strategis di Teheran. Target utama serangan adalah kompleks Kementerian Pertahanan Iran, markas riset senjata, serta sejumlah fasilitas pengolahan nuklir dan energi di pinggiran ibu kota.
Serangan udara ini menyebabkan kehancuran parah di beberapa bangunan vital dan menewaskan sedikitnya 78 orang, termasuk sejumlah pejabat tinggi dan ilmuwan militer Iran. Ledakan besar juga memicu kebakaran di kilang minyak dan pusat riset nuklir, menimbulkan kepanikan di tengah warga sipil. Eskalasi cepat antara Iran dan Israel memicu kecemasan global. PBB menggelar sidang darurat, sementara negara-negara G7 menyerukan gencatan senjata segera untuk mencegah konflik melebar ke wilayah lain. Amerika Serikat secara terbuka mendukung hak Israel untuk membela diri Perang.
Menyusul serangan rudal Iran ke wilayah Israel dan serangan balasan Israel yang menghantam Kementerian Pertahanan Iran di Teheran, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Segera Menggelar Sidang Darurat Dewan Keamanan untuk membahas potensi ancaman konflik regional yang lebih luas. Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyatakan “keprihatinan mendalam” atas meningkatnya kekerasan dan menyerukan kepada kedua belah pihak untuk “menahan diri secara maksimal” demi menghindari jatuhnya korban lebih banyak.
Dalam pernyataan resmi yang di rilis pada 14 Juni 2025, Guterres menegaskan bahwa tindakan kekerasan hanya akan memperburuk ketegangan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Ia mendesak Iran dan Israel untuk kembali ke meja di plomasi serta membuka jalur komunikasi guna mencegah “konflik berskala penuh yang dapat mengancam stabilitas global.”
Dewan Keamanan PBB sendiri terbelah dalam merespons insiden ini. Beberapa negara anggota tetap seperti Amerika Serikat secara terbuka menyatakan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri terhadap serangan rudal Iran. Sementara Rusia dan China menyerukan investigasi internasional atas serangan-serangan tersebut dan meminta semua pihak tidak mengambil tindakan sepihak. Negara-negara non-permanen seperti Brasil, Ghana, dan Albania mendesak di keluarkannya resolusi bersama untuk menghentikan kekerasan, namun hingga kini belum ada konsensus yang dapat di hasilkan.
Sementara itu, badan-badan kemanusiaan di bawah naungan PBB seperti UNHCR dan WHO juga telah menyuarakan keprihatinan mereka atas meningkatnya jumlah korban sipil dan potensi krisis pengungsi. Mereka memperingatkan bahwa jika konflik ini berlanjut, gelombang pengungsi baru dari kedua negara bisa terjadi dan memicu tekanan tambahan pada negara-negara tetangga seperti Yordania, Lebanon, dan Irak. Guterres menutup pernyataannya dengan meminta “solidaritas global” untuk menghindari tragedi kemanusiaan yang lebih besar.
Setelah serangan rudal balistik Iran yang menghantam sejumlah wilayah strategis di Israel, termasuk kawasan yang di duga sebagai markas IDF, pemerintah Israel segera merespons dengan serangan militer berskala besar. Dalam waktu kurang dari 12 jam, angkatan udara Israel melancarkan operasi balasan yang menyasar langsung jantung pertahanan Iran di ibu kota Teheran. Serangan ini menandai Salah Satu Tindakan Paling Agresif Yang Pernah Dilakukan Israel Terhadap Wilayah Iran Secara Langsung Dan Bisa Memicu Perang.
Jet-jet tempur Israel di laporkan menembus sistem pertahanan udara Iran dengan menggunakan teknologi siluman dan koordinasi satelit canggih. Serangan di fokuskan pada markas besar Kementerian Pertahanan Iran, pusat riset pertahanan, dan beberapa fasilitas strategis lainnya di sekitar Teheran. Salah satu target utama adalah kompleks Organisasi Inovasi dan Penelitian Pertahanan (SPND). Yang di kenal sebagai lembaga utama dalam pengembangan senjata canggih dan program nuklir Iran.
Ledakan besar terdengar di beberapa bagian kota Teheran, menyebabkan kepanikan massal. Warga sipil di laporkan berhamburan ke tempat perlindungan bawah tanah. Sementara sebagian besar jaringan listrik di wilayah barat daya kota mengalami gangguan. Pemerintah Iran mengonfirmasi bahwa serangan tersebut menewaskan puluhan personel militer, termasuk beberapa pejabat senior pertahanan dan ilmuwan riset strategis. Laporan dari media setempat menyebutkan bahwa korban tewas mencapai lebih dari 70 orang, meski angka pastinya masih simpang siur. Selain itu, beberapa infrastruktur energi penting seperti kilang minyak dan pusat distribusi gas juga mengalami kerusakan parah akibat serangan tersebut. Api dan asap tebal membubung tinggi dari kompleks industri di luar kota, menunjukkan skala kehancuran yang signifikan.
Pemerintah Iran Memberikan Respons Tegas Dan Keras Atas Serangan Udara Israel Yang Menghantam Sejumlah Fasilitas Vital Di Teheran. Termasuk markas besar Kementerian Pertahanan dan pusat riset strategis negara tersebut. Dalam konferensi pers darurat yang di gelar di Teheran, Juru Bicara Pemerintah Iran, Ali Bahadori Jahromi. Menyebut tindakan Israel sebagai “agresi terang-terangan terhadap kedaulatan nasional. Dan menyatakan bahwa Iran memiliki hak penuh untuk membalas dengan kekuatan penuh.
Presiden Iran, Ebrahim Raisi, dalam pidato yang di siarkan secara nasional. Mengutuk serangan tersebut dan menyebutnya sebagai “bukti nyata niat jahat rezim Zionis untuk menciptakan ketidakstabilan kawasan.” Raisi menegaskan bahwa Republik Islam Iran tidak akan tinggal diam dan akan memberikan respons militer. Yang lebih besar dan lebih menyakitkan” jika serangan Israel terus berlanjut. Ia juga memerintahkan seluruh kekuatan pertahanan, termasuk Pasukan Quds dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC). Untuk siaga penuh dan siap menjalankan operasi balasan strategis.
Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, dalam pertemuan dengan para duta besar negara-negara sahabat di Teheran. Menyatakan bahwa serangan Israel telah melanggar hukum internasional dan Piagam PBB. Ia menyerukan kepada komunitas internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB. Untuk segera mengambil tindakan guna menghentikan agresi Israel dan mencegah konflik lebih luas.
Pemerintah Iran juga menuduh Israel menargetkan ilmuwan sipil dan fasilitas penelitian non-militer, sebuah klaim yang di bantah oleh pihak Israel. Beberapa media Iran melaporkan bahwa sejumlah ilmuwan nuklir yang bekerja di fasilitas SPND turut menjadi korban tewas. Meskipun nama-nama mereka belum di ungkapkan secara resmi Perang.