

Liga 1 Indonesia yang mulai diberlakukan pada musim 2025/2026. Dalam skema ini, liga akan dibagi menjadi dua fase utama, yaitu Regular Series dan Championship Series. Langkah ini di ambil untuk meningkatkan kualitas persaingan dan menghadirkan tontonan yang lebih menarik bagi pencinta sepak bola Tanah Air.
Pada Regular Series, 18 klub peserta akan bertanding dalam sistem kompetisi penuh (home and away) selama 34 pertandingan. Tim akan mengumpulkan poin sebagaimana sistem liga tradisional. Namun, berbeda dari sebelumnya, empat tim teratas di akhir musim reguler akan melaju ke babak Championship Series, yang menjadi penentu siapa yang berhak menyandang gelar juara Liga 1.
Di babak Championship Series, empat tim akan berhadapan dalam format semifinal dan final, masing-masing di gelar dua leg (kandang dan tandang). Juara akan ditentukan bukan dari pengumpulan poin terbanyak sepanjang musim, tetapi dari hasil akhir di babak ini. Sementara itu, tim yang finis di posisi ke-5 hingga ke-16 di klasemen akhir Regular Series akan menyelesaikan musim tanpa melaju ke babak penentuan juara. Format ini dirancang untuk meningkatkan tensi kompetisi hingga akhir musim. LIB meyakini sistem ini akan mendorong klub-klub berjuang lebih keras hingga pekan terakhir demi mengamankan tiket Championship Series.
Format baru ini telah mendapat sambutan positif dari beberapa pelatih dan pengamat sepak bola. Menurut mereka, perubahan ini bisa memperbaiki mental bertanding tim dan memaksa klub untuk membangun skuad yang konsisten sepanjang musim. Di sisi lain, ada pula yang menyuarakan kekhawatiran bahwa tim terbaik sepanjang musim bisa kehilangan gelar hanya karena kalah di satu pertandingan penting di fase akhir.
Liga 1 Indonesia membuat PSSI menegaskan bahwa semua perubahan ini merupakan bagian dari upaya menuju profesionalisme kompetisi yang berorientasi pada hiburan, prestasi, dan komersialisasi yang sehat. Ke depan, evaluasi berkala akan terus di lakukan untuk menyesuaikan format dengan kebutuhan dan perkembangan sepak bola nasional.
Persaingan Antarklub Liga 1 Indonesia Diprediksi Semakin Ketat. Dengan di terapkannya sistem dua fase, kompetisi Liga 1 di perkirakan akan menjadi lebih ketat dari musim-musim sebelumnya. Kini, tidak cukup hanya finis di puncak klasemen untuk memastikan gelar juara. Klub harus tetap menjaga performa agar dapat menembus empat besar dan tampil prima di babak Championship Series.
Persaingan yang lebih sengit akan terjadi karena tidak ada lagi klub yang merasa “aman” di pertengahan musim. Tim-tim yang biasanya hanya menargetkan posisi tengah klasemen kini di tuntut untuk bermain lebih agresif jika ingin mendapatkan peluang ke empat besar. Bahkan, selisih poin yang kecil di papan tengah akan menjadi sangat krusial.
Pelatih Persib Bandung, Bojan Hodak, menilai format baru ini memaksa semua tim untuk memikirkan strategi jangka panjang sejak awal musim. “Kami tidak hanya fokus pada hasil mingguan, tetapi juga harus mempersiapkan dua skenario: lolos empat besar atau bertarung agar tak turun kasta,” ujarnya dalam konferensi pers awal musim.
Hal senada di ungkapkan oleh pelatih Madura United, Mauricio Souza. Ia mengatakan bahwa kini klub tidak bisa bermain “aman” di fase reguler. “Tidak ada yang bisa berleha-leha. Semua laga penting, semua poin berharga. Karena kalau gagal empat besar, musim seperti tak ada artinya,” katanya.
Klub-klub juga terlihat aktif memperkuat tim sejak bursa transfer awal. Beberapa bahkan mendatangkan pemain asing baru dan pelatih dengan rekam jejak bagus di liga Asia Tenggara. Peningkatan kualitas skuad ini menunjukkan bahwa klub-klub mulai menanggapi format baru dengan serius, karena peluang juara kini lebih terbuka namun juga lebih menantang. Di sisi lain, tim-tim yang biasanya berjuang di papan bawah pun memiliki insentif lebih kuat untuk bertahan di liga. Tekanan untuk keluar dari zona degradasi kini di perkuat dengan ketatnya perolehan poin dan format kompetisi yang lebih dinamis.
Pengaruh Format Baru Terhadap Hak Siar Dan Penonton. Perubahan format Liga 1 Indonesia juga membawa dampak signifikan terhadap industri penyiaran dan minat penonton. LIB dan PSSI menilai bahwa sistem baru ini memiliki nilai jual yang lebih tinggi, terutama dalam hal menarik sponsor dan meningkatkan pendapatan dari hak siar televisi maupun platform streaming digital.
Fase Championship Series yang terdiri dari semifinal dan final di proyeksikan sebagai tontonan utama. LIB menyebutnya sebagai “mini turnamen puncak” yang akan menarik animo besar, serupa dengan babak playoff di liga-liga profesional lain seperti MLS (Amerika Serikat) atau Liga Thailand. Format ini memberi peluang untuk menciptakan laga-laga berintensitas tinggi yang di siarkan pada prime time, dengan rating tinggi dan potensi iklan yang lebih besar.
Perusahaan penyiaran pun mulai menyesuaikan strategi mereka. Beberapa televisi nasional dan penyedia layanan OTT (Over The Top) di sebut tengah bersaing untuk mendapatkan hak siar Championship Series secara eksklusif. Ini menjadi sinyal bahwa kompetisi lokal mulai menjadi komoditas hiburan dengan nilai ekonomi yang signifikan.
Selain itu, penonton di stadion juga di prediksi meningkat. Dengan lebih banyak pertandingan penting, terutama menjelang akhir musim, klub-klub memiliki alasan kuat untuk mengadakan promosi tiket dan memperbaiki pengalaman match day. Beberapa klub seperti Arema FC, Persija Jakarta, dan PSM Makassar telah menyiapkan program loyalitas penonton demi meningkatkan jumlah penonton langsung di stadion.
Kompetisi yang lebih kompetitif juga akan membuat klub-klub daerah kecil ikut mendapat sorotan. Jika mereka berhasil menembus empat besar, maka perhatian publik dan media akan meningkat, mendorong peningkatan pendapatan klub dari tiket, merchandise, hingga sponsor lokal.
Tanggapan Publik Dan Masa Depan Kompetisi Domestik. Respons publik terhadap perubahan format Liga 1 Indonesia sejauh ini cukup positif, meskipun tidak sedikit yang menyuarakan kekhawatiran. Di media sosial, warganet menyambut baik ide Championship Series sebagai penentu juara, namun juga mempertanyakan keadilan jika tim terbaik sepanjang musim tidak keluar sebagai pemenang akhir.
Beberapa suporter menilai bahwa sistem ini lebih cocok untuk menambah drama dan ketegangan, terutama menjelang akhir musim. “Jadi lebih greget! Seperti final-final mini,” ujar akun penggemar sepak bola di X (Twitter). Namun, sebagian lainnya merasa bahwa sistem ini bisa “menzalimi” tim yang dominan di fase reguler namun tersingkir di semifinal.
Asosiasi Suporter Indonesia (ASI) menyarankan agar evaluasi di lakukan setelah satu musim penuh berjalan. Mereka berharap format baru tidak hanya mementingkan aspek bisnis, tetapi juga memperhatikan keadilan kompetisi dan keberlangsungan tim-tim kecil.
LIB menanggapi kritik tersebut dengan terbuka. Mereka menyebut format baru ini masih bisa di sesuaikan dalam beberapa musim ke depan. Tergantung hasil evaluasi teknis, kepuasan klub, dan tanggapan dari suporter. “Kami terbuka terhadap masukan. Sepak bola adalah milik publik, dan kami ingin kompetisi yang sehat serta menghibur,” ujar Direktur Operasional LIB, Sudjarno.
Sementara itu, PSSI menegaskan bahwa ini bagian dari transformasi jangka panjang sepak bola Indonesia. Langkah ini di harapkan mendorong profesionalisme klub. Memperkuat sistem pengembangan pemain muda, serta mempercepat laju perbaikan infrastruktur stadion Liga 1 Indonesia.