

Kunjungan Bersejarah Presiden Prancis Emmanuel Macron Melakukan Kunjungan Kenegaraan Ke Indonesia Pada 27–29 Mei 2025. menandai tonggak penting dalam hubungan bilateral kedua negara. Kunjungan ini merupakan yang pertama oleh seorang Presiden Prancis sejak deklarasi kemitraan strategis antara Indonesia dan Prancis pada tahun 2011. Dalam pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto, kedua pemimpin membahas berbagai isu strategis, termasuk pertahanan, ekonomi, energi, dan teknologi.
Penguatan Kerja Sama Pertahanan dan Ekonomi
Salah satu hasil utama dari kunjungan ini adalah penandatanganan lebih dari 15 nota kesepahaman yang mencakup berbagai sektor. Dalam bidang pertahanan, Indonesia dan Prancis menyepakati pembelian 42 jet tempur Dassault Rafale, dua kapal selam Scorpene Evolved, dan 13 sistem radar Thales. Beberapa radar ini akan di gunakan di Ibu Kota Nusantara. Total nilai kontrak yang di tandatangani mencapai sekitar €17 miliar. Kedua negara juga sepakat untuk bekerja sama dalam pengembangan sistem senjata strategis dan industri pertahanan bersama Kunjungan.
Komitmen terhadap Perdamaian Global
Dalam pernyataan bersama, Presiden Macron dan Presiden Prabowo menyerukan perdamaian di Gaza dan mendukung konferensi perdamaian yang akan di selenggarakan di New York oleh Prancis dan Arab Saudi. Presiden Prabowo menegaskan bahwa Indonesia hanya akan mengakui Israel setelah Palestina di akui sebagai negara merdeka dan menyatakan kesiapan Indonesia untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian.
Kunjungan ini juga memperkuat kerja sama di bidang energi dan teknologi. Perusahaan tambang asal Prancis, Eramet Group, yang bekerja sama dengan mitra dari Tiongkok di Maluku Utara, tengah memperluas operasinya dalam rantai nilai baterai kendaraan listrik (EV) berbasis nikel di Weda Bay, Halmahera Tengah Kunjungan.
Kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Indonesia pada akhir Mei 2025 Mendapat Beragam Tanggapan Dari Masyarakat. Secara umum, banyak pihak menilai kunjungan ini sebagai langkah positif dalam memperkuat hubungan bilateral, terutama di bidang pertahanan, ekonomi, dan teknologi. Namun, tidak sedikit pula masyarakat yang menyoroti beberapa aspek dengan lebih kritis, terutama terkait nilai kontrak kerja sama militer yang fantastis dan posisi Indonesia dalam isu global seperti konflik Gaza.
Di kalangan profesional dan akademisi, kunjungan ini di anggap strategis. Indonesia sedang mengupayakan diversifikasi mitra luar negeri di tengah di namika geopolitik global, dan kehadiran Macron menunjukkan kepercayaan Prancis terhadap posisi Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Beberapa pakar hubungan internasional menyebut kerja sama yang di hasilkan, termasuk pembelian pesawat tempur Rafale dan kapal selam, sebagai simbol peningkatan kepercayaan dan transfer teknologi jangka panjang.
Di media sosial, topik ini juga ramai di bahas. Banyak netizen memuji langkah pemerintah yang berhasil menjalin kesepakatan besar dengan negara besar seperti Prancis. Mereka menilai hal ini sebagai langkah menuju kemandirian pertahanan nasional. “Indonesia akhirnya punya mitra strategis yang tidak hanya jual produk, tapi juga kerja sama industri dan pelatihan,” tulis salah satu pengguna X (Twitter).
Namun, muncul pula kritik dari sebagian masyarakat sipil. Sejumlah aktivis menyuarakan kekhawatiran bahwa fokus kerja sama pertahanan terlalu mendominasi, sementara isu-isu lingkungan, HAM, dan kesejahteraan rakyat justru kurang menonjol dalam diskusi bilateral. Mereka juga menyoroti potensi ketergantungan terhadap teknologi militer luar negeri dan meminta transparansi dalam pengadaan alutsista bernilai triliunan rupiah tersebut. Sementara itu, pernyataan Presiden Macron dan Presiden Prabowo terkait konflik Gaza menuai apresiasi luas dari masyarakat Indonesia.
Dalam kunjungannya ke Indonesia, Presiden Prancis Emmanuel Macron secara terbuka menyatakan dukungan penuh dari pemerintah Prancis terhadap proses aksesi Indonesia menjadi anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). OECD merupakan sebuah organisasi internasional yang anggotanya terdiri dari negara-negara dengan ekonomi maju dan menengah yang berkomitmen pada prinsip transparansi, tata kelola ekonomi yang baik, serta kerja sama pembangunan yang berkelanjutan.
Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan salah satu negara berkembang terbesar di dunia, sejak lama mengupayakan untuk bergabung dengan OECD. Aksesi ini di harapkan dapat memberikan berbagai manfaat strategis, seperti:
Kunjungan Peningkatan Tata Kelola Ekonomi Dan Investasi
Dengan menjadi anggota OECD, Indonesia akan mendapatkan standar dan panduan internasional yang lebih ketat terkait transparansi dan tata kelola ekonomi. Hal ini dapat memperbaiki iklim investasi dan memberikan kepercayaan lebih besar bagi investor asing maupun domestik.
Dukungan dalam Peningkatan Daya Saing Industri
OECD menyediakan platform kerja sama dan pertukaran informasi yang dapat membantu Indonesia meningkatkan daya saing industrinya melalui penerapan kebijakan yang sesuai dengan praktik terbaik internasional.
Integrasi dalam Jaringan Ekonomi Global
Keanggotaan Indonesia di OECD akan semakin memperkuat posisinya dalam ekonomi global dan regional, membuka akses lebih luas ke pasar serta peluang kerja sama dengan negara-negara anggota lain yang juga merupakan mitra dagang utama.
Dukungan Prancis, sebagai salah satu negara pendiri dan anggota penting OECD. Menjadi dorongan kuat bagi Indonesia dalam proses negosiasi dan persiapan aksesi. Macron menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi anggota yang aktif. Dan berkontribusi dalam berbagai isu global yang menjadi fokus OECD.
Dukungan Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap aksesi Indonesia menjadi anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Mendapat perhatian serius dari para pengamat politik dan ekonomi di Indonesia. Secara umum, mereka menilai bahwa Dukungan Ini Menjadi Sinyal Positif Yang Menguatkan Posisi Indonesia Dalam Percaturan Geopolitik Dan Ekonomi Global. Terutama di tengah di namika ekonomi dunia yang semakin kompleks.
Menurut Dr. Rizal Ramli, pengamat ekonomi dan politik senior. Dukungan Prancis sangat strategis karena menunjukkan pengakuan terhadap kemajuan reformasi ekonomi Indonesia. Menurut Rizal, aksesi Indonesia ke OECD bukan hanya soal status simbolis. Tetapi merupakan kesempatan besar untuk memperbaiki tata kelola ekonomi dan meningkatkan transparansi yang selama ini masih menjadi tantangan di Indonesia. “Dengan dukungan negara maju seperti Prancis. Indonesia bisa lebih percaya diri melanjutkan reformasi dan meningkatkan daya saingnya di tingkat global,” ujarnya.
Sementara itu, pengamat hubungan internasional, Prof. Lili Yan Ing. Menilai bahwa dukungan Macron merefleksikan kedekatan di plomatik yang lebih dari sekadar hubungan bilateral. “Prancis ingin melihat Indonesia menjadi mitra yang kuat di kawasan Asia Tenggara. Dan aksesi ke OECD akan memberikan Indonesia posisi tawar yang lebih baik dalam berbagai forum internasional,” jelas Lili. Ia juga menyoroti bahwa aksesi ke OECD. Dapat memperkuat integrasi ekonomi Indonesia dengan negara-negara maju, sehingga membuka peluang investasi dan teknologi baru.
Dukungan luar negeri memang penting, tapi tantangan sesungguhnya ada pada kemampuan pemerintah. Dan sektor swasta untuk menyesuaikan diri dengan regulasi dan praktik internasional,” kata pengamat kebijakan publik, Diah Puspitasari Kunjungan.